Tak banyak yang tahu apa fungsi bangunan yang arsitekturnya nampak kaku dan terkesan sombong itu. Berbentuk kotak dan berdiri tegak di sisi-sisi jalanan protokol di kota ini. Ketidaktahuan ini bisa terjadi karena berbagai sebab. Di antaranya karena bangunan ini juga sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Apalagi juga tidak ada keterangan resmi dulunya bangunan ini dipakai sebagai apa.
Bangunan tersebut adalah Gardu Listrik 6 kV. Beberapa masyarakat yang sudah berumur senja pastilah akan tahu tentang bangunan ini. Tetapi tidak bagi generasi anak muda sekarang.
Sebab gardu listrik tersebut adalah warisan dari perusahaan listrik swasta milik Belanda yaitu yang bernama ANIEM alias Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij.
Semasa masa aktifnya perusahaaan tersebut, bangunan ini mempunyai peran yang sangat penting. Tetapi karena perkembangan jaman, gardu ini sudah tidak dipakai lagi. Tegangan primer yang berkembang saat ini memakai gardu listrik 20 kV.
Pada saat jaman kolonial Belanda, listrik bisa dikatakan sebagai barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang dari kalangan tertentu saja. Tidak seperti sekarang dimana listrik sudah menjangkau ke hampir di seluruh pelosok desa di penjuru tanah air. Oleh sebab itu jika di suatu wilayah di jaman kolonial sudah terdapat gardu listrik, maka dapat dipastikan bahwa wilayah tersebut sudah maju dan berkembang.
Ukuran gardu listrik pada saat itu juga beragam yang disesuaikan dengan kebutuhan. Mulai dari yang berukuran 3×3, 4×3, dan 5×6 meter.
Dulu pada dinding gardu listrik tersebut terdapat lempengan logam sebagai tanda peringatan bahaya bila berdekatan dengan gardu tersebut. Biasanya ditulis dalam 3 bahasa, yaitu bahasa Belanda, Melayu dan bahasa daerah setempat seperti bahasa Sunda atau bahasa Jawa. Misalkan tertulis kalimat "LEVENSGEVAAR, AWAS ELESTRIK, SING NGEMEK MATI !"
Bangunan tersebut adalah Gardu Listrik 6 kV. Beberapa masyarakat yang sudah berumur senja pastilah akan tahu tentang bangunan ini. Tetapi tidak bagi generasi anak muda sekarang.
Sebab gardu listrik tersebut adalah warisan dari perusahaan listrik swasta milik Belanda yaitu yang bernama ANIEM alias Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij.
Semasa masa aktifnya perusahaaan tersebut, bangunan ini mempunyai peran yang sangat penting. Tetapi karena perkembangan jaman, gardu ini sudah tidak dipakai lagi. Tegangan primer yang berkembang saat ini memakai gardu listrik 20 kV.
Pada saat jaman kolonial Belanda, listrik bisa dikatakan sebagai barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang dari kalangan tertentu saja. Tidak seperti sekarang dimana listrik sudah menjangkau ke hampir di seluruh pelosok desa di penjuru tanah air. Oleh sebab itu jika di suatu wilayah di jaman kolonial sudah terdapat gardu listrik, maka dapat dipastikan bahwa wilayah tersebut sudah maju dan berkembang.
Ukuran gardu listrik pada saat itu juga beragam yang disesuaikan dengan kebutuhan. Mulai dari yang berukuran 3×3, 4×3, dan 5×6 meter.
Dulu pada dinding gardu listrik tersebut terdapat lempengan logam sebagai tanda peringatan bahaya bila berdekatan dengan gardu tersebut. Biasanya ditulis dalam 3 bahasa, yaitu bahasa Belanda, Melayu dan bahasa daerah setempat seperti bahasa Sunda atau bahasa Jawa. Misalkan tertulis kalimat "LEVENSGEVAAR, AWAS ELESTRIK, SING NGEMEK MATI !"
Bentuk bangunan dari gardu-gardu listrik di atas sangat sedehana karena cuma berbentuk kotak tinggi menjulang ke atas.
Sebenarnya dari berbagai foto lama juga dapat dilacak keberadaan gardu-gardu listrik yang lain yang dari bentuknya lebih menyiratkan kekolonialannya. Bentuknya kotak pada bagian bangunannya tetapi pada bagian atapnya bebentuk mirip kerucut. Bangunan model seperti ini mirip dengan gardu listrik ANIEM yang ada di Kota Semarang.
Pada jaman kolonial kantor dari ANIEM tersebut ada di Bayemanweg (sekarang Gereja Pantekosta di Jalan Tentara Pelajar).
Sebenarnya dari berbagai foto lama juga dapat dilacak keberadaan gardu-gardu listrik yang lain yang dari bentuknya lebih menyiratkan kekolonialannya. Bentuknya kotak pada bagian bangunannya tetapi pada bagian atapnya bebentuk mirip kerucut. Bangunan model seperti ini mirip dengan gardu listrik ANIEM yang ada di Kota Semarang.
Pada jaman kolonial kantor dari ANIEM tersebut ada di Bayemanweg (sekarang Gereja Pantekosta di Jalan Tentara Pelajar).
Source sejarah listrik